sebuah jalan dan pertanyaan
membeli sepucuk waktu yang telah layu,
tapi tetap kubawa meski tanpa harap,
dan aku bergulir perlahan sampai ketujuan,
menetak pintu, menyibakkan tirai,
melihat apakah engkau ada disana,
termenung sejenak...,
menunggu dalam hempasan ombak,
wahai kepingan jiwa yang merana,
engkaukah itu?
seribu tanya dan seribu hening yang ada,
pedih menerpa tanpa ada satu nama,
aliran sungai yang datang terus tertawa,
karena dunia adalah parodi semata,
dan kutemukan diriku kembali,
di jalan yang sama dengan warna yang berbeda...