Walking down the road

It is the rain of my soul and poured when the storm raging in my mind. When feelings and logics are tangle between right or wrong and win or lose. They are raising many funny questions and silly confusions along the line. These all are happening because I'm walking down the road I choose.

My Photo
Name:
Location: Paris van Java, West Java, Indonesia

I was born in Bandung, April 1976, and spent most of my education time in that same city. Living in a cool town with a moderate muslim family, somehow become important factors that carving my character. I'm a big fan of any satay, pempek and rujak (anything sweet-lah), and I created this notes as a place where I can write everything that crossed my mind. This writing is more like a journal, footsteps I leave behind as reminder mostly for myself and probably for my descendants. If you, readers, able learning one or two good things from this notes, that was really more than my expectation. Yet if I wrote something wrong or you have different opinion from mine, please let me know, will you? You also have to excuse me for that matter because I'm aware I'm no writer at all.

Monday, January 22, 2007

Mama...oh...mama...(sigh)

Sering saat main bareng teman sampai larut malam, pasti kalau udah lewat jam 9 malem, selalu ada aja telepon-lah ato sms-lah dari nyokap yang nanyain dimana, sedang apa dan kapan balik. Waktu SMP, SMA, kuliahan dan bahkan nyampe sekarang pun, kalo sedang lembur ato terlambat pulang, kebiasaan beliau ngga pernah berubah, padahal dengan umur setua ini seharusnya gua bukan lagi jadi tanggung jawab beliau, malah seharusnya gua yang lebih concern ama beliau.
Saat SMA dulu, ada saat2nya gua kesal banget kalo dibilang anak mami, anak ngga bisa mandiri, mother complex ato apalah..., padahal waktu itu temen2 nongkrong gua kebanyakan dari golongan preman, tukang mabok, penjahat wanita,... ahh.. pokoknya semacam anak2 yang ngga jelas juntrungannya, yang biasa nagog di depan warung rokok, yang kegiatan utamanya kalo ngga judi gapleh, gangguin cewe lewat ato gelut gara2 itu. Kebayang ngga? Ngga elit banget kalo ditelpon nyokap pas lagi on. Pernah saking kesalnya, HP yang ngga tau apa2 ikut2an gua musuhin. Biar gua beneran ngga ngebohong kalo ditanya, HP itu gua pastiin "ketinggalan" di rumah.... wakakaka.... Kebiasaan yang awet ampe masa asistenan. Bukannya ga mampu beli HP baru, tapi kesel aja kalo diteleponin terus, cuman nanya yang gituan. Buat anak2 mahasiswa yang butuh bimbingan, gua pastiin selalu bisa nemuin gua di depan warung kopi belakang kampus sampe malem ...hihihi..... Ampe sekarang pun kadang gua mikir, kalo HP tuh barang yang paling ngeganggu banget. Tapi apa boleh buat, tuntutan kerjaan dan kebutuhan bobogohan yang ngeharusin gua bisa menghubungi dan dihubungin setiap saat.
Selang beberapa tahun kebelakang, sewaktu gua masih merantau di negeri orang gila yang dinginnya bisa nyampe -30 derajad. Gua ngebaca blog dibawah, dan somehow..., setelah membaca blog dibawah, gua keinget omongan nyokap, tiap gua complain ama beliau soal kebiasaannya itu, "Kang,... ntar juga kalo udah punya anak, pasti ngerti deh...". Hmm... sekarang sih, gua masih belom punya anak jadi masih belom ngerti betul. Tapi biar bego gini, dikit-dikit gua bisa ngerti-lah meski ngga semuanya.
Sedikit banyak gua bisa liat semua dari sudut pandang seorang ibu. Abis itu gua bener-bener ngga peduli lagi ama yang lain. Perasaan gua pun yang kadang sampe sekarang kadang masih jungkir balik gara2 nyokap treat gua kaya anak kecil tiap ngelakuin itu ato celaan temen-temen kantor dan main yang tau kalo nyokap nelpon cuman buat nanyain sedang ada dimana, udah kaga gua pikirin lagi. Nyokap gua emang udah kaya gitu dari sananya ko... Lagian kalo dipikir-pikir gua masih beruntung dibanding yang lain, masih punya nyokap yang alhamdulillah sehat dan yang kaya gitu pula perhatiannya ama anaknya....
Somewhat, I'll try my best to make you happy mom...
------
(Diambil dari blog seorang teman)...
------
Cinta ini milikmu Mama
"Rosa, bangun.. Sarapanmu udah mama siapin di meja." Tradisi ini sudah berlangsung 26 tahun, sejak pertama kali aku bisa mengingat tapi kebiasaan mama tak pernah berubah. "Mama sayang, ga usah repot-repot ma, aku sudah dewasa." pintaku pada mama pada suatu pagi. Wajah tua itu langsung berubah.
Pun ketika mama mengajakku makan siang di sebuah restoran. Buru-buru kukeluarkan uang dan kubayar semuanya, ingin kubalas jasa mama selama ini dengan hasil keringatku.. Raut sedih itu tak bisa disembunyikan.
Kenapa mama mudah sekali sedih? Aku hanya bisa mereka-reka, mungkin sekarang fasenya aku mengalami kesulitan memahami mama karena dari sebuah artikel yang kubaca.. orang yang lanjut usia bisa sangat sensitive dan cenderung untuk bersikap kanak-kanak. tapi entahlah.. Niatku ingin membahagiakan malah membuat mama sedih. Seperti biasa, mama tidak akan pernah mengatakan apa-apa.
Suatu hari kuberanikan diri untuk bertanya "Ma, maafin aku kalau telah menyakiti perasaan mama. Apa yang bikin mama sedih?" Kutatap sudut-sudut mata mama, ada genangan air mata di sana. Terbata-bata mama berkata, "Tiba-tiba mama merasa kalian tidak lagi membutuhkan mama. Kamu sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri. Mama tidak boleh lagi menyiapkan sarapan untuk kamu, mama tidak bisa lagi jajanin kamu. Semua sudah bisa kamu lakukan sendiri"
Ah, Ya Tuhan, ternyata buat seorang Ibu.. bersusah payah melayani putra-putrinya adalah sebuah kebahagiaan. Satu hal yang tak pernah kusadari sebelumnya.. Niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena kita tidak berusaha untuk saling membuka diri melihat arti kebahagiaan dari sudut pandang masing-masing.
Diam-diam aku merenungkan. Apa yang telah kupersembahkan untuk mama dalam usiaku sekarang? Adakah mama bahagia dan bangga pada putrinya?
Ketika itu kutanya pada mama. Mama menjawab "Banyak sekali nak kebahagiaan yang telah kamu berikan pada mama. Kamu tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adalah kebahagiaan. Kamu berprestasi di sekolah adalah kebanggaan buat mama. Setelah dewasa, kamu berprilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan buat mama. Setiap kali binar mata kamu mengisyaratkan kebahagiaan di situlah kebahagiaan orang tua."
Lagi-lagi aku hanya bisa berucap "Ampunkan aku ya Tuhan kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan kepada mama. Masih banyak alasan ketika mama menginginkan sesuatu." Betapa sabarnya mamaku melalui liku-liku kehidupan..
Mamaku seorang yang idealis, menata keluarga, merawat dan mendidik anak-anak adalah hak prerogatif seorang ibu yang takkan bisa dilimpahkan kepada siapapun. Ah, maafin kami mama..... 18 jam sehari sebagai "pekerja" seakan tak pernah membuat mama lelah.. Sanggupkah aku ya Tuhan?
"Rosa, bangun nak.. sarapannya udah mama siapin di meja.. " Kali ini aku lompat segera.. kubuka pintu kamar dan kurangkul mama sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput, kutatap matanya lekat-lekat dan kuucapkan.. "Terimakasih mama, aku beruntung sekali memiliki mama yang baik hati, ijinkan aku membahagiakan mama." Kulihat binar itu memancarkan kebahagiaan..
Cintaku ini milikmu, Mama. Aku masih sangat membutuhkanmu.. Maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat dirimu.
Sahabat.. tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kalimat "Aku sayang padamu." Namun begitu, Tuhan menyuruh kita untuk menyampaikan rasa cinta yang kita punya kepada orang yang kita cintai..
Ayo kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita, Ibu.. Walau mereka tak pernah meminta. Percayalah.. kata-kata itu akan membuat mereka sangat berarti dan bahagia.
"Ya Tuhan, cintailah mamaku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan mama. Dan jika saatnya nanti mama Kau panggil, terimalah dan jagalah ia disisiMu.. Titip mamaku ya Tuhan.."
Untuk dan oleh semua Ibu yang mencintai anak-anaknya dan semua anak yang mencintai Ibunya..
-------

0 Comments:

Post a Comment

<< Home