Senangkah? sedihkah?
dibawah sana nyiur melambai memanggilku bernyanyi,
selamat datang, selamat pulang, selamat kembali,
sungguh tentram rasanya menapakkan kaki,
menyusuri jalan, menyebrangi kali, berlarian tanpa henti,
melihat wajah lama yang kurindukan sepenuh hati,
keadaaan yang nyaris sama dengan mimpi-mimpi,
yang terakhir kulihat, 22 bulan lamanya aku pergi,
warung yang tetap menjajakan sesuatu yang orang cari,
mesjid bernyanyi dengan adzannya di pagi hari,
dan orang-orang yang tersenyum melihat ku lagi,
seharusnya aku bersyukur dan senang dengan keadaan ini,
tetapi tidak demikian yang terjadi...
Hatiku tetap terenyuh melihat keadaan yang sama
tukang becak yang dulu masih menjadi tukang becak juga,
penjual roko di Simpang Lima masih orang yang sama,
pengemis, di jalan Lingkar masih itu juga,
kehidupan malam yang ada masih tetap sama,
perek di Alun-Alun masih saja berkeliaran,
pelacur di Saritem juga masih berserakan,
karena itu aku yakin, koruptor-koruptor yang dulu ada,
masih tetap ada, mengebiri uang rakyat jelata,
karena itu aku yakin, para wakil rakyat yang berada,
masih tetap disana, berkoar dengan janji-janji saja,
masih adakah kemungkinan penghidupan yang layak?
dengan harga yang meroket tajam tanpa arah
masih adakah keadilan untuk rakyat jelata?
yang dulu aku dambakan saat jadi mahasiswa
karena itu aku terenyuh luar biasa,
apakah yang diatas mengutuk negara ini?
semoga saja tidak karena aku masih percaya,
masih banyak orang baik yang peduli,
semoga saja benar adanya,
semoga saja memang benar masih ada yang peduli,
saat kulihat indonesiaku sekarang ini,
sungguh aku tak tahu harus tersenyum atau menangis...
0 Comments:
Post a Comment
<< Home