Walking down the road

It is the rain of my soul and poured when the storm raging in my mind. When feelings and logics are tangle between right or wrong and win or lose. They are raising many funny questions and silly confusions along the line. These all are happening because I'm walking down the road I choose.

My Photo
Name:
Location: Paris van Java, West Java, Indonesia

I was born in Bandung, April 1976, and spent most of my education time in that same city. Living in a cool town with a moderate muslim family, somehow become important factors that carving my character. I'm a big fan of any satay, pempek and rujak (anything sweet-lah), and I created this notes as a place where I can write everything that crossed my mind. This writing is more like a journal, footsteps I leave behind as reminder mostly for myself and probably for my descendants. If you, readers, able learning one or two good things from this notes, that was really more than my expectation. Yet if I wrote something wrong or you have different opinion from mine, please let me know, will you? You also have to excuse me for that matter because I'm aware I'm no writer at all.

Saturday, February 19, 2005

Sore yang sangat biasa...

Sore ini entah kenapa kupandangi jendela,
suatu ritual yang biasa kulakukan tanpa sengaja,
tetapi entah kenapa pikiranku bertanya,
kenapa pohon kecil di belakang rumah bergerak tanpa daya?
tertiup angin kesana kemari seperti pohon kelapa,
pikiranku melayang ke tempat nun jauh disana,
tempat yang sepi disiang hari tanpa suara,
tempat yang dingin di malam hari, dimana aku tidur didalamnya,
diatas kasur kapuk, bantal dan guling yang tak berwarna,

Meski begitu aku merasa nyaman dan tenang bila berada disana,
bukan karena PC-ku yang selalu menyala,
bukan juga karena buaian lagu romantis dari koleksi yang kupunya,
tapi karena disana ada seorang wanita yang bersahaja,
mengandungku 9 bulan lamanya tanpa pamrih apa-apa,
membesarkanku sampai sekarang tanpa minta imbalan apa-apa,
betapa aku merindukannya,

Sungguh... meski mamaku cerewet luar biasa,
yang kadang-kadang guyonannya tanpa rasa,
tapi masakannya enak tak ada dua,
dan senyumannya yang terkulum penuh makna,
kalau aku bisa, saat ini juga,
ingin aku bersandar kepadanya,
dengan belaian tangannya di kepalaku yang takkan kulupa,
bermanja-manja,
seperti masa kecil yang kulupa kapan dan dimana,

Karena itu kupinta kepada-Nya,
menjagamu dari segala marabahaya,
ditinggikan derajatnya,
masuk kedalam orang-orang yang dikasihi-Nya,
aku hanya bisa berharap belaka,
kalau Allah mengabulkan doa ini yang sederhana,
dari anak manusia yang masih banyak berbuat dosa,
aku juga hanya bisa berharap saja,
kalau dia terus menyayangiku apa adanya,
yang saat ini masih belum apa-apa.

Karena itu, saat ini kubuat janji tanpa kata-kata,
bahwa aku akan membuatmu bangga,
bahwa aku akan s'lalu menjaga,
bahwa aku takkan lupa,
meski sekarang aku seperti pohon kecil disana,
tertiup angin tanpa daya,
tapi lihat saja,
satu saat aku akan berdiri disana,
tanpa bantuan siapa-siapa,
hanya untuk membuatmu bangga.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home